INTERNET SELULAR UNTUK PEMBELAJARAN
Penggunaan internet selular saat ini begitu mudah dan cukup efisien. Yang pertama karena banyak provider internet yang menawarkan berbagai paket mobile-internet. Dari pra- bayar yang tanpa komitmen bulanan sampai pasca-bayar yang paketnya memberikan bonus modem dan kapasitas besar untuk akses di dunia maya. Efisiensi, walaupun relatif, diukur dari kemurahan dibanding harus antri internet, pergi ke warnet dan atau menunggu tiba di rumah atau meja kerja untuk mendapat informasi yang mendesak.
Jika dihitung, pemakaian internet selular jauh lebih murah dari pada sambungan internet statis. Sebagai contoh saya memakai pasca bayar tipe klasik dengan kapasitas unduh sampai dengan 700 Megabyte seharga 160.000/bulan. Rata-rata saya menggunakan layanan koneksi lewat IM2 ini selama 2-3 jam/hari. Jika ditotal pemakaian kapasistas saya selalu tidak pernah lebih dari 500M. jika pola ini saya terapkan untuk setiap kali kunjungan ke warnet yang biayanya 5000 rupiah/jam, per bulan saya harus menganggarkan sekurangnya 300 ribu rupiah untuk berinternet. Jika saya bermaya dengan telkomnet instan, perjamnya saja saya sudah harus membayar sekitar 60ribu rupiah.
Saya sendiri sudah hampir setahun mencoba internet seluler. Saat ini memanfaatkan external modem HSDPA dengan sambungan pasca bayar salah satu provider selular saya dapat mengelola pembelajaran di manapun menggunakan Mac Book saya. Dengan internet selular, banyak keuntungan dari efektivitas penggunaan internet selular yang saya raih.
Pertma, dengan internet selular saya dapat lebih sering online dan berkomunikasi dengan mahasiswa, menjawab berbagai pertanyaan yang tidak dapat dikomunikasikan di dalam kelas karena keterbatasan waktu dan ruang. Ruang tak lagi menjadi masalah kaena dengan internet, komunikasi dengan beberapa orang sekaligus dapat terjadi, secara online dan off-line.
Kedua, terdapat otonomi yang lebih dengan internet seluler. Di kelas dan dalam pertemuan kelompok, saya merasa terbatasi untuk menyampaikan berbagai materi. Hal ini dikarenakan kurikulum yang telah ditentukan dan tidak dapat diubah sewaktu-waktu. Namun, untuk penugasan harian, adanya internet selular memampukan bahan-bahan dari berbagai situs dapat saya gunakan untuk mendampingi bahan yang telah diprogramkan tersebut. Dengan demikian, bahan kuliah saya menjadi semakin variatif.
Selain itu, dengan berinternet di mana saja, saya dapat segera mencari bahan dan data yang saya perlukan kapan saja dibutuhkan. Jika harus kembali ke meja saya dan atau memakai fasilitas komputer umum yang tersedia di ruang akademis dosen atau perpustakaan, akan lebih banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk menunggu. Dengan internet seluler, saya tidak perlu menunggu, karena bahan yang saya butuhkan dapat saya unduh bahkan ketika sedang istirahat makan siang sebelum kembali lagi ke kelas.
Tak jarang mahasiswa saling berbagi informasi melalui fasilitas messenger dan kesempatan online tak terbatas ini yang sangat berharga untuk dilewatkan. Di dunia maya tidak ada hirarki seperti yang ada di suasana kelas yang cenderung kaku dan penuh aturan. Komunikasi pembelajaran yang terjalin melalui internet serba santai namun masih menjaga kesopanan dan etika berbahasa. Akhirnya, transfer pengetahuan terjadi dengan alamiah dan mahasiswa lebih banyak bertanya dan tak jarang mengkritisi bahan yang disampaikan di kelas sebelumnya. Hal ini menguntungkan, karena saya akan banyak mendapat masukan berharga dari mahasiswa untuk pengembangan proses ajar.
Dan tak keringnya keuntungan lain yang saya dapatkan adalah kesempatan saya untuk menjawab kebutuhan mahasiswa secara lebih spesifik. Ketika chatting dan mahasiswa bertanya sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, saya akan menghemat waktu ketika masuk di sesi berikutnya, karena dua hal. Satu, suasana di kelas akan cenderung lebih cair karena komunikasi chatting cenderung bersifat bersahabat sehingga mahasiswa/i merasa lebih nyaman ketika bertemu saya di kelas. Kedua, mahasiswa tidak harus menunggu sampai minggu depan untuk mendapat jawaban atas pertanyaan atau ketidakpahaman materi sehingga lebih siap untuk menerima materi baru dan waktu yang dibutuhkan untuk mengulas materi sebelumnya menjadi lebih pendek.
Dengan internet, terutama fleksibilitas yang ditawarkan internet seluler, terbentuk pembelajaran yang lebih berkesinambungan. Yang paling penting adalah mahasiswapun memegang kendali atas pembelajaran, dengan menjadi lebih aktif bertanya dan terjadi proses bertanya dan berdiskusi dan alamiah dalam bentuk komunikasi berbasis internet. Paulo Freire dalam bukunya Pedagogi Kaum Tertindas (Pedagogy of the Oppressed), mewajibkan pertukaran pradigma dalam pembelajaran, dari mahasiswa si ‘patuh’ yang ‘tak berdaya’ menjadi ‘pusat pengembangan diri’. Internet memberikan kuasa bagi mahasiswa untuk melengkapi pengetahuan dan kekurangan yang dibutuhkan, tanpa harus bergantung pada dosen yang akan mem’perkaya’ atau seolah membuat mahasiswa lebih pintar. Terus-menerus mahasiswa dapat menjadi lebih manusiawi karena proses pembelajaran tak akan putus dengan tersedianya akses ke pengetahuan dan informasi 24/7 sepanjang tahun.
Dengan internet seluler, saya sebagai dosen juga mendapat beragam-ragam pengayaan diri dan pengetahuan. Di manapun dan kapanpun saya dapat memeroleh berita terkini, isu social dan keilmuan yang terbaru dan terbaik dengan kebebasan penuh untuk memilih dan mengunduh informasi. Hal ini penting karena saya perlu memberikan sebanyak mungkin contoh untuk membuat teori menjadi lebih masuk akal dan berguna. Dengan contoh, kiasan dan konsep-konsep abstrak dalam buku teks dapat lebih terbayangkan. Tujuannya agar mahasiswa dapat segera mendapat acuan untuk merefleksikan inti sari pelajaran. Banyaknya contoh kasus akan menjembatani teori dan pengalaman. Mahasiswa akhirnya akan menjadi lebih mudah untuk mencari contoh-contoh lain yang lebih relevan maupun lebih tajam sesuai dengan kebutuhan dan minat pengembangan keilmuannya. Menurut Freire lagi, terjembataninya teori dengan praktik inilah yang disebut praxis—tindakan yang berpengetahuan- yang akhirnya mendatangkan kebebasan yang sejati untuk belajar.
Jika sebelumnya saya sering mengeluh tentang terbatasnya ketersediaan buku yang up-to-date untuk mata kuliah yang saya ampu, sekarang tidak lagi. Ada begitu banyak sumber tulisan, berupa e-book, artikel jurnal atau penelitian, catatan kuliah atau silabus yang dapat saya unduh secara gratis di internet. Saya tak perlu lagi cemas ketinggalan berita atau menjadi culun karena tak paham hasil penelitian terakhir di bidang ilmu saya.
Namun, terdapat keterbatasan dan harapan saya sebagai pengguna internet seluler. Salah satunya adalah masih sedikitnya titik maya atau hot-spot yang tersedia sehingga membatasi inisiatif berinternet. Untungnya saya memiliki HSDPA tetapi hal ini juga kadang merepotkan karena berarti membawa dan menyambungkan alat tambahan.
Kedua, saya masih mengalami kesulitan mengunduh materi dengan ekstensi video atau real-time, seperti rekaman kuliah atau ketika sedang bercakap dengan webcam. Hal ini disebabkan koneksi internet yang kadang terputus. Akibatnya tidak hanya kenyamanan dalam berkomunikasi yang terganggu, tetapi proses download atau streaming juga biasanya harus dimulai sejak awal lagi. Diharapkan provider dapat menawarkan kecepatan sambungan dan kenyamanan yang lebih untuk kebutuhan semacam ini.
Pada umumnya internet selular masih dirasa mahal untuk dinikmati. Jika para provider dapat menawarkan paket yang lebih ekonomis, seperti paket pelajar dengan multi-user atau paket trial yang bebas beaya, tentunya kebutuhan akan internet selular akan lebih cepat tercipta. Di kota-kota besar seperti Jakarta, selayaknya internet selular sudah bukan lagi barang asing dan mahal.
Risa R. Simanjuntak, S.S., M.App.Ling. (Unimelb), M.A.
Pengajar salah satu universitas swasta di Jakarta
*1 June 2008